Kata sebagian orang, cinta sejati hanya ada dalam negeri dongeng…
“Apakah Uwi sudah mempertimbangkan seandainya Uwi sampai menikah dengan kang Agah?”
“Maksudnya?”
“Kang Agah itu kan duda…?” tampak sangat berhati-hati Nyi Uwit bertanya.
Dewi Sartika mengulum senyum, mengerti arah pembicaraan sahabatnya “Saya siap menjadi ibu dari anak Kang Agah. Lagipula mengurus anak piatu itu kan ibadah.”
***
Demikianlah perbincangan antara dua sahabat, pada suatu ketika antara Nyi Uwit dan Dewi Sartika. Pembicaraan tersebut mengarah kepada kisah cinta Dewi Sartika dan Raden Agah yang tidak mendapat persetujuan dari keluarga, khususnya ibu Dewi Sartika. Nama Raden Dewi Sartika, tidak lagi asing bagi rakyat Indonesia, khususnya bagi warga Jawa Barat. Seorang pahlawan wanita yang berasal dari Jawa Barat ini, memperjuangkan kemerdekaan berpikir kaum wanita Indonesia melalui pendidikan Sakola Kautamaan Istri pada awal abad ke-20. Tepatnya di Bandung, 4 Desember 1884 Raden Dewi Sartika atau akrab dengan panggilan Uwi dilahirkan. Gadis tomboy yang senantiasa dalam balutan kebaya Sunda ini, merupakan anak kedua dari pasangan Raden Rangga Somanagara dengan Raden Ayu Rajapermas.
Dewi Sartika dikenal sebagai aktifis wanita yang tak kenal lelah dalam berjuang. Ditengah kesibukannya mengelola dan mengurus Sakola Kautamaan Istri, justru ada sedikit kecemasan pada hati ibunya, Raden Ayu Rajapermas. Karena menurut pendapat ibunya, sudah waktunya Dewi Sartika menikah. Ibunya takut Dewi Sartika menjadi perawan tua karena terlalu sibuk dengan aktivitasnya.
Pucuk dicinta ulampun tiba, demikianlah kata pepatah mengatakan ditengah kegalauan Raden Ayu Rajapermas akan masa depan putrinya, datanglah pinangan dari keluarga Pangeran Djajadiningrat yang merupakan kawan baik mendiang ayahnya. Namun, Dewi Sartika menolak pinangan tersebut dengan lembut dan sopan.
Dewi Sartika justru memilih pria tambatan hatinya, yaitu Raden Agah Kanduruan Suriawinata, seorang guru di Eerste Klasse School Karang Pamulang yang dikenalnya di sebuah acara pengajian di Pendopo Dalem Kabupaten Bandung. Raden Agah merupakan seorang duda yang telah mempunyai 2 orang anak, yang kemudian salah satu anaknya meninggal menyusul ibunya. Raden Agah kini tinggal bersama ibunya dan seorang anaknya yang masih kecil. Meski Dewi Sartika mendapat tentangan dari Ibunya, karena Raden Agah tidak setara keturunan ningratnya, namun tekadnya untuk menikah dengan Raden Agah telah bulat. Dewi Sartika sangat bersimpati dengan pribadi Raden Agah, seorang pria yang tabah, jujur dan penyayang.
Pada tahun 1906, di usia 22 tahun, Dewi Sartika menikah dengan Raden Agah. Perempuan penggiat pendidikan kaum wanita ini akhirnya menolak pangeran dan menikahi seorang duda. Pilihan Dewi Sartika ternyata tidak salah, karena Raden Agah sangat mendukung cita-citanya dalam memperjuangkan kaum wanita. Pernikahan mereka berlangsung sederhana dan sakral, serta mengandung kesan yang sangat mendalam. Sebab, harga sebuah cinta sejati memang tak pernah memandang harta apalagi tahta.
0 Komentar