Kontributor: Susi Alipah, S.Pd (SD Negeri Kalijambe 01 Tarub Tegal)

Dewasa ini masyarakat dan kalangan pendidikan hanya memandang  museum sebagai tempat penyimpanan dan pemeliharaan benda-benda bersejarah. Banyak sekolah yang hanya memberikan pelajaran sejarah melalui buku atau kegiatan di dalam kelas. Belajar merupakan  bagian hidup manusia yang berlangsung seumur hidup dalam segala situasi dan kondisi yang dilakukan di sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat. Selain itu, Belajar adalah perilaku responsive yang kuat terhadap informasi baru sepanjang kehidupan manusia. (Basri Hasan, 2015: 13).

Dalam pembelajaran sejarah di kelas, guru adalah sebagai faktor utama guna pembelajaran sejarah tidak terkesan bosan bagi siswa. Selain itu harus didukung juga dengan sumber-sumber sejarah agar proses pembelajaran sejarah berjalan dengan baik. Pada awalnya, museum bermula sebagai tempat untuk menyimpan koleksi, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan manusia semakin membutuhkan bukti-bukti yang otentik mengenai catatan sejarah kebudayaan.

Pemanfaatan museum sebagai sumber belajar dapat memberikan respon yang positif pada mata pelajaran sejarah, baik sejarah lokal, sejarah nasional dan sejarah dunia. Diantaranya yaitu pemanfaatan museum sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah. Hal tersebut dalam diwujudkan dengan  melakukan kunjungan ke museum, karena  museum merupakan tempat peninggalan bersejarah yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar atau Ilmu Pengetahuan.

Museum Kebangkitan Nasional merupakan cikal bakal berdirinya sekolah kedokteran di Indonesia. Bermula dari pemberantasan berbagai penyakit menular di daerah Banyumas dan Purwokerto yang tidak dapat ditangani oleh tenaga medis pemerintahan Hindia Belanda dan pengobatan – pengobatan tradisional. Akhirnya didirikanlah Sekolah Dasar Jawa di Rumah Sakit Militer Weltevreden untuk mendidik beberapa anak Bumiputra menjadi pembantu dokter Belanda.

Karena dinilai mengganggu kenyamanan rumah sakit, sehingga dibangunlah sebuah gedung baru di samping rumah sakit militer. Gedung baru tersebut mulai resmi digunakan dengan nama STOVIA (School Tot Opleiding Van Inlandshce Artsen) atau Sekolah Kedokteran Bumiputra. Selain sebagai tempat belajar, di gedung ini juga pernah terjadi peristiwa-peristiwa bersejarah lainnya diantaranya adalah terbentuknya organisasi-organisasi dan juga tempat tokoh-tokoh pergerakan menimba ilmu. (Hadisutjipto, 2009: 15)

Berdasarkan penjelasan di atas  maka Museum Kebangkitan  Nasional sebagai sumber sejarah memiliki arti sangat penting dalam pembelajaran sejarah, diantaranya Pertama, meningkatkan efektifitas pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas (SMA). Kedua, memudahkan guru sejarah dalam menyampaikan materi pelajaran sejarah secara bervariasi. Ketiga, dengan mengetahui sumber sejarah lokal, siswa akan lebih terbentuk kesadaran dan wawasannya untuk belajar sejarah. Dan Keempat, identitas Museum Kebangkitan Nasional lebih dikenal dan terekspos dengan baik dalam pembelajaaran sejarah.

PEMBAHASAN

Museum Kebangkitan  Nasional dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah serta museum ini memiliki banyak koleksi. Koleksi Museum Kebangkitan Nasional terbagi menjadi 2 jenis. Pertama, koleksi mengenai peralatan kedokteran atau kesehatan yang lebih dikenal dengan STOVIA koleksi tersebut sebagian dihibahkan dari Rumah Sakit Gatot Subroto dan sebagian lagi dihibahkan dari masa Museum dijadikan tempat pendidikannya kedokteran pada tahun 1922. Kedua, koleksi mengenai didirikannya orangisasi pergerakan Budi Utomo.

Menanggapi mengenai pemanfaatan koleksi museum yang berada di Kebangkitan Nasional dapat dijelaskan satu demi    satu koleksi yang dipamerkan di Museum ini:

Pertama, uang Logam yang dipamerkan ini merupakan peninggalan bangsa Belanda / VOC yang mencetak uang logam sendiri di Dordrecht, Belanda dan uang logam ini berbahan perak. Pada 1 sisi terdapat lambang VOC dan pada sisi lain terdapat lambang provinsi Holland. Uang ini hanya berlaku untuk daerah dimana VOC berada.

Kedua, lukisan yang dipamerkan ini mengambarkan suasana saat masuknya pendidikan barat. Pada lukisan ini terlihat suasana saat murid-murid datang ke sekolah dan menimba ilmu disana. Serta ada pula lukisan seorang dokter pelopor yang sedang memeriksa para pasiennya.

Ketiga, pakaian merupakan salah satu  koleksi yang dipamerkan di Museum ini. Beberapa pakaian yang dipamerkan di Museum ini diantaranya adalah kain jubah milik Sultan Thaha S. Jubah ini memiliki motif bergaris tebal yang berwarna coklat muda dan putih tulang. Selain itu ada juga Celana Laskar Wanita yang berwarna biru tua. Celana ini digunakan oleh Laskar Wanita Indonesia (LASWI) pada era penegakan Republik Indonesia.

Keempat, patung yang di pamerkan di Museum ini menggambarkan tentang wajah para tokoh atau pendiri pergerakan Budi Utomo hingga para pelajar sekolah kedokteran. Adapun patung yang dipamerkan pada Museum ini yaitu patung dada Ir. Soekarno, Soewarno, M. Soelaiman, M. Soleh, Gunawan, R.Angka, R Soetomo, Agus Salim, HOS Cokro Aminoto, Ki Hajar Dewantara, RA Kartini, Dr. Wahidin Sudirohusodo, Satiman Wirjosandjojo dan Dr. Soetomo. Namun dari semua patung yang ada di museum kebangkitan nasional, ada juga patung- patung yang tidak diketahui namanya.

Kelima, senjata yang dipamerkan di Museum ini merupakan peninggalan sejarah, senjata tersebut pernah digunakan saat perang. Salah satu senjata yang dipamerkan di museum ini salah satunya adalah busur panah, senjata ini digunakan untuk menembakkan anak panah pada saat berburu atau perang. Busur panah ini berjenis long bow karena memiliki dimensi yang cukup panjang hampir sama dengan tinggi penggunanya. Selain busur panah, ada juga senjata lainnya yaitu meriam V.O.C. meriam ini pernah digunakan saat peperangan dalam menjajah Indonesia dan meriam ini merupakan senjata artileri berbentuk tabung yang dalam penggunaannya memerlukan bubuk mesiu untuk menembakkan proyektil. Masyarakat Indonesia mengenal meriam mulai saat Portugis membawanya ke nusantara, tepatnya sejak abad ke-16.

Keenam, miniatur yang dipamerkan di museum ini adalah miniatur tentang kapal portugis. Pada masa kepemimpinan Vasco da Gama, kapal ini digunakan oleh bangsa Portugis dalam mencari rempah- rempah. Selain itu, ada juga miniatur kapal pinisi. Kapal ini merupakan kapal layar tradisional di Indonesia yang berasal dari Bugis dan Makassar. Kapal ini terbuat dari kayu yang dirangkai tanpa menggunakan paku. Hingga saat ini kapal ini masih ada di wilayah bagian Timur.

Ketujuh, perabotan yang terdapat di Museum inil dahulunya merupakan peninggalan dari asrama dan sekolah STOVIA, jadi tidaklah heran bila terdapat beberapa peninggalan sejarah berupa perabotan-perabotan di museum ini. Seperti tempat tidur pelajar STOVIA yang dahulunya dipakai pelajar STOVIA untuk tidur di asrama mereka. Selain itu, ada bothekan, bothekan merupakan lemari kecil  berlaci yang biasa digunakan untuk menyimpan perhiasan serta pernak pernik.

Kedelapan, diorama merupakan koleksi yang menggambarkan sebuah peristiwa atau kondisi pada saat itu, Diorama di Museum ini yaitu Lahirnya Boedi Oetomo 1908 yang terdapat di ruang memorial boedi oetomo. Diorama tersebut menggambarkan keadaan saat deklarasi perkumpulan Boedi Oetomo pada 20 mei 1908. Kemudian juga ada diorama RA Kartini yang sedang mengajarkan pelajaran berbahasa pada para remaja.

Kesembilan, alat Kedokteran (STOVIA) banyak peninggalan sejarah berupa alat kedokteran di Museum ini. Diantaranya adalah alat pompa pernapasan, alat pencatat detak jantung, alat pembuat tablet dan meja yang digunakan untuk melakukan operasi. Selain itu, ada alat kedokteran yang masih berhubungan dengan perdukunan seperti jimat dan alat dukun bayi. Peralatan tersebut digunakan pada masa penjajahan dan dihibahkan pada saat museum ini dijadikan sebagai sekolah kedokteran.

Kesepuluh, vandel merupakan bendera organisasi yang biasa diberikan sebagai kenang-kenangan atau peristiwa yang dianggap penting. Karena dahulunya Museum ini sering digunakan untuk perkumpulan atau pertemuan organisasi dan banyak organisasi yang berdiri digedung ini, sehingga Museum ini memiliki beberapa vandel diantaranya vandel boedi oetomo, vandel Sarekat Islam, vandel kongres Wanita Indonesia, vandel Wanita Taman Siswa, vandel Muhammadiyah, vandel muslimat NU, Vandel Jong Sumatranen Bond, dan masih banyak lagi.

Gambar 1. Salah satu Vidio Pembelajaran Museum Kebangkitan Nasional

Pada konten pembelajaran sejarah yang telah dilaksanakan oleh guru dengan memanfaatkan peninggalan sejarah sebagai sumber belajar, sudah dilakukan secara maksimal. Karena guru telah memahami tentang kurikulum yang digunakan serta menjadi acuan dalam merancang dan mendesain perangkat pembelajaran seperti, Silabus dan RPP. Dalam perancangan sebuah perangkat pembelajaran setidaknya guru dituntut memahami apa yang direncanakannya misalnya memilih metode pembelajaran dan   strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi yang ditentukan. Oleh sebab itu proses pembelajaran dengan memanfaatkan peninggalan sejarah dilakukan oleh guru dalam menjelaskan materi-materi yang memiliki korelasi dengan peninggalan sejarah materi Kebangkitan Nasional. Seperti, Museum Kebangkitan Nasional. Pada prosesnya guru hanya mengandalkan metode ceramah dan kemudian menjelaskan         materi kepada siswa-siswi tentang peristiwa-peristiwa yang memiliki keterkaitan dengan objek peninggalan sejarah.

Daftar Pustaka
Aman. 2011. Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Anderson, Lorin W. Dan David R. Krathwohl. 2010. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran. Pengajaran, dan Assesmen Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Basri, Hasan. 2015. Paradigma Baru Sistem Pembelajaran. Bandung: Pustaka Setia.
Hadisutjipto. 2009. Gedung Stovia Sebagai Cagar Sejarah. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata: Direktorat Jendral Sejarah dan Purbakala Museum Kebangkitan Nasional.
Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman. 2014. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru”. Jakarta: UI Press.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 66 Tahun 2015 Tentang Museum
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi yang tercantum dalam lampiran-lampiran
Sumanto. 2014. Teori dan Aplikasi Metode Penelitian. Jakarta: Center of Academic Publishing Service. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

Kategori: Artikel