Kontributor: Zulfa Nurdina F

Hari Jantung Sedunia diperingati setiap 29 September adalah inisiatif dari World Heart Federation (WHF). Perayaan ini digelar karena penyakit kardiovaskular menjadi faktor penyebab terbesar kematian di dunia. Berdasarkan statistik, penyakit ini merenggut hingga 17,9 nyawa setiap tahunnya.

Adalah Prof. Dr. Margono Soekarjo, dokter bumiputra pertama yang diakui oleh pemerintahan Hindia Belanda. Lahir di Kebutuh, Sokaraja, Banyumas pada 29 Maret 1897. Ia merupakan putra dari Raden Wiryo Atmojo. Ia menempuh pendidikan di Europesche Logere School (ELS), kemudian melanjutkan ke Sekolah Kedokteran Bumiputera atau School Tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA). Karena kecerdasannya, ia melanjutkan pendidikannya di Universitas Amsterdam Belanda dan menekuni spesialisasi bedah. Dr. Margono Soekarjo bersama dr. Ery Soedewo adalah perintis pembedahan jantung di Indonesia, yang memulai pembedahan toraks dan jantung.

Sekembalinya dari Belanda, dr. Margono menjadi dosen di sekolah kedokteran di Surabaya. Ia juga pernah menjabat sebagai direktur Centraale Burgerlijke Ziekenhuis (CBZ), Semarang, yang kemudian berubah nama menjadi Pusat Rumah Sakit Rakyat (PURUSARA). Kemudian pada 25 Januari 1947, ia diangkat sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Bedah Bangsa Indonesia oleh FKUI. Karena kecerdasannya, ia juga menjadi dokter kondang di dunia, yang sering mendapat penghargaan dari luar negeri. Penghargaan tertinggi diberikan pemerintah Indonesia terhadap beliau berupa pisau bedah emas.

Pusat Rumah Sakit Rakyat (PURUSARA) Semarang

Pada tahun 1948 telah dikerjakan operasi mitral stenosis secara tertutup oleh Prof. dr. Margono Soekarjo dan antara tahun 1950-1951 beliau telah melaporkan operasi mitral stenosis ini pada pertemuan ilmiah di Paris, Prancis. Penghargaan tertinggi yang diberikan Pemerintah Indonesia kepadanya adalah Satya Lencana Kebudayaan.

RSU Prof. Margono Soekarjo

Selain cerdas, Dokter Margono juga merupakan pejuang sejati. Dengan segenap jiwa, ia memberikan obat-obatan rahasia kepada para pejuang Indonesia yang sedang berperang melawan Jepang pada sat itu. Ia mengobati para korban kekejaman tentara Dai Nippon. Kecerdasan dan kebesaran jiwanya, membuat Indonesia berhutang kemerdekaan pada seorang putra Banyumas bernama Margono Soekarjo. Ia wafat pada 1970 dan dimakamkan di Kebutuh, Sokaraja. Kini namanya diabadikan menjadi nama rumah sakit di tanah kelahirannya di Jl. Dr. Gumbreg No.1 Kec. Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Sumber:
Panel Pameran Keliling Museum Kebangkitan Nasional di Purwokerto (2019)