#KuraCerita bersama Kak Swa

Hai Sobat Muskitnas!
Kalau kalian pernah berkunjung ke Museum Kebangkitan Nasional, pasti pernah dong bertemu dengan sesosok kerangka manusia yang ada di Ruang Media Belajar STOVIA. Bagaimana rasanya waktu pertama kali melihat sosoknya? Takut? Penasaran untuk melihat lebih dekat? Atau biasa saja?

Bukan cuma Mr.X, di Ruang Media Belajar STOVIA kamu juga bisa melihat replika cadaver yang digunakan untuk mempelajari anatomi manusia

Okay, karena ada pepatah yang bilang “tak kenal maka tak sayang”, yuk kita ajak beliau berkenalan!

Supaya lebih nyaman, dalam pembahasan ini kakak akan menyebut sosok kerangka ini sebagai Mr.X. Kenapa X? Karena kita tidak tahu dahulu beliau punya nama siapa. Usianya lebih tua dari kita semua, karena sejak awal ada Muskitnas, Mr. X sudah mendiami gedung STOVIA. Tapi tidak ada kisah seram kok, malahan kita bisa belajar banyak dari beliau.

Belajar apa kak?

Yang paling jelas adalah dengan mengamati Mr.X, kita bisa mempelajari susunan kerangka manusia. Ya, Mr.X merupakan kerangka sungguhan. Ia pernah hidup, sama seperti kita. Bernafas, makan, dan mungkin juga merasakan cinta. Tapi setelah wafatnya, kerangkanya dirangkai kembali untuk dijadikan sebagai peraga. Kedengarannya kejam ya? Tapi perlu kita ingat juga, Mr.X ini berasal dari masa yang sudah lama, lebih tua dari kita semua. Meskipun kakak belum bisa bilang Mr.X ini dari tahun berapa karena data yang kita miliki tentang Mr.X ini masih sangat minim, tapi kita tahu bahwa sejak sebelum ada Muskitnas (1984) kerangka ini sudah terlebih dahulu ada di sini.

Nah, di zaman dulu tentu tidak mudah untuk mendapatkan replika peraga tubuh manusia ataupun kerangka yang sesuai aslinya, sehingga digunakanlah jasad ataupun kerangka manusia sungguhan. Jasad yang diawetkan untuk digunakan sebagai peraga anatomi disebut sebagai “cadaver”, dan biasanya diambil dari jasad orang yang tidak diketahui identitasnya atau tidak diambil oleh keluarganya. Jasad tersebut kemudian didonasikan ke institusi pendidikan kedokteran agar dapat dipelajari.

Beberapa siswa STOVIA sedang melakukan praktek anatomi bersama cadaver, foto diambil sekitar akhir dekade 1910-an

Bahkan ingga saat ini, penggunaan cadaver masih lazim di dalam pendidikan kedokteran. Mereka menganggap cadaver sebagai “guru” atau “pengajar” karena tubuhnya menjadi sumber ilmu pengetahuan. Karena cadaver masih berbentuk jasad, banyak yang kemudian dikebumikan setelah selesai dipergunakan sebagai bahan praktek. Bagi yang diambil kerangkanya seperti Mr.X, karena sudah berupa material kering (tulang) maka otomatis dapat menjadi peraga untuk waktu yang sangat lama.

Kita tahu bahwa Mr.X memang pernah dipergunakan sebagai peraga karena pada beberapa bagian, kita dapat melihat baut dan mur untuk mengaitkan antara satu tulang dengan tulang lainnya. Tempurung kepala juga sudah pernah dibuka, terlihat dari bekas potongan yang rapi pada bagian cranium atau tengkoraknya. Agar tetap berdiri, Mr.X juga ditopang dengan tonggak besi yang dipancangkan di belakang punggungnya.

Detail beberapa bagian kerangka Mr.X, kalian bisa lihat adanya baut dan besi yang merangkai semua tulang beliau

Sebagai sekolah kedokteran, STOVIA tentu pernah memiliki peraga seperti Mr.X. Kebetulan kita ada foto yang menunjukkan salah satu dosen sedang mengajar kelas anatomi. Disini dapat kita lihat bahwa sang dosen “ditemani” oleh sesosok peraga kerangka manusia. Karena namanya juga peraga seperti Mr.X, kerangka tersebut juga menggunakan besi penyokong di belakang punggung. Apakah peraga dalam foto tersebut adalah Mr.X? Bisa ya, bisa juga tidak.

Kelas anatomi di STOVIA yang sekarang menjadi gedung Muskitnas, sekitar dasawarsa pertama abad ke-20

Lantas, apa lagi yang bisa kita pelajari dari Mr.X? Ada banyak! Tapi, kita lanjut pembahasan di artikel #KuraCerita berikutnya ya. Jangan lupa jaga kesehatan, Sobat Muskitnas!

Kategori: Artikel

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder