Kontributor: Yusti Muslimawati

Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula, belum selesai bergelut dengan pandemi Covid-19, masih ditimpa musibah banjir pula. Itulah yang sedang dihadapi ibukota saat ini setelah malam Sabtu lalu Jakarta dan sekitarnya diguyur hujan deras. Mirisnya, sejumlah pengungsi terdampak banjir dikonfirmasi positif covid-19.

Banjir ibukota seperti sudah menjadi topik tahunan dalam pemberitaan. Di dataran rendah dengan kurang lebih 40% bagiannya berada di bawah permukaan laut ini, masalah air menggenang, sulitnya air bersih, dan banjir sudah melekat sejak dulu. Bahkan 15 abad lampau, fenomena banjir ini sudah disebut dalam Prasasti Tugu semasa Purnawaman memimpin Kerajaan Tarumanegara.

Berabad-abad setelah zaman Purnawarman, pendatang-pendatang asing justru tertarik pada wilayah yang dulunya bernama Jayakarta atau Batavia yang letaknya di muara Ciliwung ini. Sejak masa pendudukan bangsa asing 400 tahun lalu, tercatat rentetan bencana banjir pernah menerjang Jakarta sampai saat ini.

Hingga kini, berbagai upaya sudah dilakukan untuk mengatasi masalah banjir Jakarta, baik pada masa Purnawaman, gubernur J.P Coen, sampai era gubernur Anies Baswedan saat ini. Upaya pembangunan kanal, pengerukan sungai, normalisasi waduk, dan perbaikan drainase belum mampu mengatasi banjir yang sudah menjadi masalah kronis sejak 15 abad lampau.

Kategori: Artikel

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder