Kontributor: Swa S. Adinegoro
Gloeikousjes (baca: gluikusyes)? Apa itu? Bacanya saja sudah sulit. Tapi tanpa benda satu itu, gedung STOVIA tempo dulu akan terasa suram karena lampu-lampunya temaram bin seram. Kok bisa? Baca artikel ini ya!
Di akhir abad ke-19, lampu-lampu gas sudah menerangi gelap malam di Batavia. Tidak mau kalah, gedung STOVIA yang mulai dibangung tahun 1899 pun dilengkapi dengan sistem penerangan yang mumpuni. Ruang-ruang kelas, asrama hingga selasar sekolah diterangi oleh lampu-lampu gas yang konon dipasok dari bilangan Gambir. Saking luasnya bangunan sekolah, biaya yang dikeluarkan untuk penerangan juga tidak tanggung-tanggung. Selama tahun 1902 misalnya, pengeluaran sekolah untuk membiayai lampu gas mencapai 1833,56 gulden. Jumlah tadi sudah termasuk biaya untuk berlangganan kaca lampu (glazen) dan tabung pijar (gloeikousjes). Sebagai perbandingan, standar gaji dokter bumiputra pada waktu itu cuma 150 gulden per bulan.

Bataviaasch Nieuwsblad 9 September 1903.
Murah, per satuan hanya 0,35 gulden!
Lantas, apa itu “GLOEIKOUSJES”?
Ada yang mengartikannya sebagai “tabung pijar”, ada juga yang mengartikannya sebagai “mantel”. Dalam bahasa Inggris, umumnya disebut dengan “gas mantle”. Dilihat dari bentuknya, gloeikousjes adalah semacam selongsong yang terbuat dari serat sintetis berlumur zat-zat kimia tertentu (Thorium). Biasanya, gloeikousjes dipasangkan pada pucuk pemantik lampu gas.

Sumber: Bill Curtis via westerhamheritage.org.uk
Terus, kalau sudah ada lampu gas kenapa masih harus pakai gloeikousjes?
Banyak yang bilang, kalau nyala lampu gas itu kuning kemerahan, tak jauh bedanya dengan cahaya yang terpancar dari lilin maupun lampu minyak. Para pakar pun berpikir bagaimana caranya agar cahaya kuning yang temaram itu bisa semakin putih dan semakin terang. Nah, gloeikousjes tadi yang berlumur zat kimia itulah yang akan berpendar apabila lampu gas dinyalakan. Hasilnya, lampu gas menjadi putih cerah dan terang bersinar.
Dengan semakin populernya penggunaan listrik, maka era lampu gas pun perlahan-lahan padam. Gloeikousjes pun bukan lagi menjadi barang yang lumrah ditemui sehari-hari. Sekarang lebih umum digunakan untuk lampu kemah. Gedung bekas STOVIA yang sekarang menjadi Museum Kebangkitan Nasional juga sudah menggunakan listrik, yang lebih efisien dan pastinya tidak ribet. Tapi lucu juga ya, membayangkan wajah gedung STOVIA di zaman dulu, ketika puluhan gloeikousjes berbinar cerah menerangi malam.
0 Komentar