STOVIA (School tot Opleiding van Indlandsche Artsen) adalah sebuah institusi pendidikan kedokteran yang dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda bagi kaum bumiputera. Sebagai institusi yang berakar dari Sekolah Dokter Djawa, mayoritas siswa di STOVIA umumnya didominasi oleh orang-orang yang berasal dari Pulau Jawa. Sebagian besar dari mereka beragama Islam, meskipun sekolah tersebut juga menerima siswa dari beragam daerah lain, siswa beragama Kristen, juga beberapa siswa keturunan Tionghoa. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bulan Ramadhan menjadi suatu peristiwa tahunan yang penting bagi sebagian besar siswanya.

Nampaknya STOVIA cukup telaten dalam mengakomodir kebutuhan spiritual dari murid-muridnya.  Pada hari-hari tertentu seperti hari raya baik dalam kalender Islam maupun Kristen, kegiatan belajar mengajar di sekolah diliburkan. Mengingat panjangnya kegiatan dan perayaan terkait bulan Ramadhan, maka libur sekolah pada waktu tersebut menjadi yang terlama dalam setahun. Seperti yang dijelaskan dalam pasal 25 ayat 1 Peraturan Sekolah Untuk Dokter Bumiputera (1904):

“Tahun ajaran ini ditutup dengan liburan selama tujuh minggu terhitung sejak para siswa Islam yang berasal dari Jawa bisa mengunjungi keluarganya sehubungan dengan kebiasaan ritual sebelum puasa. Selama liburan ini para murid atas biaya sendiri kembali kepada keluarganya.”

Sebagaimana yang disebutkan dalam kutipan peraturan di atas, libur panjang bulan Ramadhan  menjadi patokan kalender akademis, yaitu sebagai penanda berakhirnya tahun ajaran. Oleh sebab itu, menjelang liburan para siswa dihadapkan dengan ujian yang menentukan kelayakan mereka untuk naik ke kelas yang lebih tinggi. Apabila mereka gagal tapi dianggap berkelakuan baik, mereka diizinkan untuk mengulang tahun depan di kelas yang sama. Adapun mereka yang memiliki kemampuan akademis menonjol diberi hadiah yang diserahkan pada akhir tahun ajaran.

Dari kutipan di atas juga dapat kita ketahui bahwa libur bagi para siswa terkait bulan Ramadhan mencapai tujuh minggu atau hampir dua bulan, yang terpanjang dari semua hari libur dalam satu tahun ajaran. Liburan itu juga dimulai sebelum dimulainya bulan Ramadhan itu sendiri, agar murid-murid yang kembali ke Jawa dapat melaksanakan ritual-ritual sebelum bulan puasa. Bagaimanapun, mereka tetap diharapkan untuk kembali ke sekolah sekurang-kurangnya dua minggu setelah tahun ajaran baru dimulai, atau akan dikeluarkan dari sekolah. Rupa-rupanya, mudik lebaran bukanlah kegiatan yang baru bagi bangsa kita.

 

Kontributor Artikel:

Swa Setyawan Adinegoro

Kategori: Artikel

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder